Seandainya Ada Banyak Perusahaan Listrik

Seandainya Ada Banyak Perusahaan Listrik. Foto: liputan6.com
Seandainya Ada Banyak Perusahaan Listrik. Foto: liputan6.com
Sudah nasib kita menjadi pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Suka, tidak suka, apapun kebijakannya kudu kita terima. Bagaimana pun pelayanannya, ya harus diterima.

Walaupun terkadang dengan terpaksa kita harus mengeluh, mengumpat, begitu mendapat pelayanan yang kurang memuas. Byar..pet! Sedangkan, tarif listrik selalu mengalami kenaikan. Meskipun kurang memuaskan, tarif listrik harus tetap dibayar, kalau tidak ingin gelap gulita atau mendapatkan denda. Mau bagaimana lagi, satu-satunya perusahaan penyedia listrik di negeri kita ini, hanya PLN. Tidak ada pilihan lain.

Tetapi, bagaimana kalau seandainya ada banyak perusahaan penyedia jasa yang bergerak dibidang kelistrikan? Sudah pasti, pelanggan juga memiliki banyak pilihan. Tinggal bagaimana perusahaan tersebut bersaing, siapa yang memberikan pelayanan terbaik, pasti semakin banyak pelanggannya.

Telepon rumah nyaris tidak tersentuh. Paling-paling hanya membayar biaya abodemennya saja setiap bulan. Kenapa? Karena kita sudah disuguhkan berbagai macam pilihan.

Masih Ingat Saat Perusahaan Telekomunikasi Hanya Ada Telkom?

Dulu sekali, iya dulu, sebelum seperti sekarang ini ada banyak perusahaan telekomunikasi. Untuk berkomunikasi jarak jauh secara langsung, kita hanya bisa menggunakan telepon rumah. Berapa biaya pasangnya? Cukup mahal. Berapa tarif bicara interlokal, hmm... bayangkan saja sendiri. Apalagi kalau kita menelepon interlokal pada siang hari. Bisa meledak tarifnya. Hanya menelepon lokal yang harganya cukup lumayan.

Saya masih ingat, di zaman saya sekolah dulu, sekitar tahun 90-an, telepon rumah terpaksa digembok. Supaya kami, para anak-anak tidak sembarangan menggunakan telepon. Bukan karena apa-apa, tetapi karena memang tarifnya cukup mahal. Ya, bagaimana lagi, mau tidak mau, suka tidak suka harus diterima, karena pada saat itu tidak ada pilihan lain.

Bagaimana di era sekarang? Telepon rumah nyaris tidak tersentuh. Paling-paling hanya membayar biaya abodemennya saja setiap bulan. Kenapa? Karena kita sudah disuguhkan berbagai macam pilihan. Mau yang tarifnya murah, ada. Mau yang internetnya kuecang, juga ada. Pelanggan sudah pintar memilih, perusahaan mana yang menawarkan tarif murah, pelayanannya terbaik, pasti dijadikan pilihan. Apalagi sekarang, satu handphone bisa masuk dua simcard sekaligus. Slot satu pakai simcard A dan slot dua pakai simcard B. Tergantung anda mau pilih provider yang mana.

Bukan hanya Telkom, perusahaan jasa pengiriman barang (paket) dan surat menyurat pun sekarang ada banyak pilihan. Mereka saling berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggannya.

Bagaimana dengan Peruhasaan Listrik?


Apakah bisa perusahaan listrik tidak hanya dikuasai oleh satu perusahaan saja atau memang harus dikuasai satu perusahaan saja, saya tidak begitu paham. Tetapi, saya hanya bisa berandai-andai saja. Sebagai pelanggan, pastinya akan senang jika memiliki banyak pilihan.

Apalagi saat ini, hampir sebagian rumah-rumah penduduk menggunakan Kwh/meteran listrik dengan sistem pulsa atau prabayar, dengan cara pelanggan membayar terlebih dahulu kepada loket online, mau pulsa yang harga Rp 25.000, Rp 50.000, Rp 100.000 dan seterusnya. Setelah itu, pelanggan mendapatkan nomor token dan nomor token inilah yang kemudian diisi ke KWH listik. Jika nomor benar, maka daya listrik akan bertambah. Cara ini hampir sama, ketika kita hendak mengisi pulsa simcard kita dengan cara membeli kartu voucher.

Lalu, saya membayangkan seandainya KWH/Meteran listrik di rumah kita, cara kerjanya sama seperti telepon seluler, baru bisa digunakan ketika sudah dimasukkan sim card. Pada KWH/Meteran terdapat slot, tempat memasukkan sim card.

Tetapi, yang menyediakan sim card ini bukan hanya PT PLN saja, melainkan ada beberapa perusahaan. Kira-kira persis seperti perusahaan telekomunikasi. Misalnya, ketika kita menggunakan sim card perusahaan A, harga pulsa Rp 25.000 dayanya sekian, tetapi sering byar pet alias mati lampu. Kemudian, perusahaan B, untuk pulsa Rp 25.000 mendapat daya sekian dan jarang mati lampu, tegangan stabil dan sebagainya. Pasti, mereka akan saling berlomba memberikan pelayanan terbaik. Tidak jauh berbeda dengan perusahaan telekomunikasi, perusahaan A tarif menelepon per menit sekian rupiah, kuota datanya 8 GB Rp sekian dan seterusnya.

Tetapi sekali lagi, ini hanya berandai-andai saja. Apakah bisa diterapkan atau tidak hanya merekalah yang paham. Saya sebagai pelanggan listrik, sudah barang tentu berharap pelayanan terbaik, tegangan stabil dan biaya listrik murah. Salam

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close