Pola dan Strategi Jitu Marketing dengan Tingkat Keberhasilan Tinggi


POLA


Kita pasti pernah melihat, minimal lewat televisi, busana yang dikenakan oleh Putri Indonesia atau pun busana yang dikenakan oleh para selebritas. Bagaimana? Indah bukan.

Busana seindah itu, tidak serta merta ada dengan tiba-tiba. Kita hidup bukan di negeri dongeng yang bisa meminta bantuan dari para peri. Tetapi, busana nan cantik itu berawal dari sebuah POLA. Tanpa pola, bisa jadi lengannya panjang sebelah, bagian pinggangnya kebesaran dan sebagainya.

Di daerah saya, mungkin juga di daerah ada, ada kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat pada sebuah lahan, pasca panen. Contohnya saja, ada lahan yang baru saja usai panen umbi rambat. Lalu, kita mulai meleles mencari sisa-sisa umbi rambat. Berapa Ton umbi rambat yang berhasil kita kumpulkan? Apakah bisa mengumpulkan umbi rambat sebanyak pemilik lahan? Jawabannya pasti tidak. Kita hanya mendapatkan sisa-sisanya saja, kiloan tidak akan sampai Ton-an.

Caranya, supaya bisa mendapatkan hasil hingga mencapai Ton-an, berarti kita harus menjadi pemilik lahan. Kita harus punya lahan. Atau paling tidak, supaya bisa mendapatkan hasil lebih banyak dari sekedar meleles, kita harus menjadi penggarap lahan.

Anda pasti berargumen, bagaimana bisa menjadi pemilik lahan, untuk makan sehari-hari saja susah. Apalagi harus membeli lahan yang harganya pasti mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Maka, paling tidak kita harus menjadi penggarap lahan. Ada lahan yang kosong, kita garap dan kita kerjakan, dengan kesepakatan bagi hasil dengan pemilik lahan. Sehingga hasil yang kita dapatkan, bisa lebih besar dari yang hanya sekedar meleles. BEGITU POLANYA.

Dalam dunia marketing, pola sangat penting. Karena, pola ini pula yang menentukan keberhasilan kita menjual sebuah produk.

Saya ingin berbagai sedikit pengalaman, ketika dahulu pernah menjadi salesman door to door sebuah produk elektronik. Dari 10 rumah yang saya datangi, berhasil terjual 1 produk. Supaya bisa terjual 2 produk, maka polanya saya harus mendatangi 20 rumah. Semakin banyak rumah yang saya kunjungi, maka potensi produk terjual juga semakin banyak.

Contoh pola lainnya, apabila setiap 1 produk kita memperoleh keuntungan Rp 100 ribu, supaya bisa mendapat keuntungan Rp 1 juta, maka kita harus mampu menjual 10 produk.

Namun, untuk menghasilkan omzet yang signifikan, tidak cukup hanya sekedar mengetahui pola, tanpa diiringi oleh strategi. Selanjutnya, mari kita bahas tentang strategi.

STRATEGI


Ada banyak strategi marketing yang bisa dilakukan. Tetapi, sebagian ada yang gagal dan ada pula yang berhasil. Jika gagal, tentu kita harus mengoreksi diri.

Saya kembali hendak menceritakan pengalaman saya ketika menjadi salesman produk elektronik. Waktu itu, produk yang saya jual adalah mesin filter air minum.

Setelah dua minggu menjadi sales, tidak ada satu pun produk saya yang laku. Sebagai sales door to door, saya lebih sering ditolak oleh pemilik rumah.

Karena tidak ada produk yang laku, lantas manager saya bertanya. Bagaimana cara saya menjual produk tersebut. Dengan polosnya saya mengatakan, bahwa saya datang menawarkan produk. Begini “Permisi pak, buk, ini ada produk bagus. Mesin filter air minum, supaya air menjadi sehat. Harganya murah bu, mumpung masih promo,” kata saya menceritakan.

Lalu, sang manager menjelaskan. Dengan cara yang saya lakukan itu, menjadi wajar jika tidak ada produk yang laku. Bahkan, belum selesai bicara sudah ditolak. Kalau pun ada yang laku, karena dia memang membutuhkan produk tersebut. “Belum apa-apa kok sudah menjual produk mas, wajar kalau kamu ditolak,” katanya.

Bagaimana strateginya?


1. Diterima (Accepted)


Akhirnya saya mendapat penjelasan panjang lebar dan intinya saya harus mengubah strategi penjualan saya. Karena, kebanyakan calon konsumen sudah ilfil dulu alias hilang feeling, kalau ada orang yang datang menjual suatu produk. Apalagi kalau dia tahu yang datang adalah seorang salesman. Anda saya rasa pernah mengalami, ketika ada salesman atau salesgirl yang datang ke rumah anda. Secara halus, anda akan mencari cara untuk menolak kehadirannya.

Begitu pula di timeline media sosial, anda pasti sering menemui orang-orang menjual produknya. Misalnya: “Dijual Madu Asli untuk Kesehatan”. Begitu melihat iklan atau promosi dari pengguna media sosial tersebut, apakah kita langsung melihatnya, lalu kemudian bertanya berapa harganya atau mengklik tautan yang disertakan oleh si penjual. Rasanya tidak, kita sering melewatkannya begitu saja. Kenapa? Karena tidak menarik perhatian kita atau karena kita merasa tidak membutuhkannya. Bukankah begitu.

Jadi, usahakan anda harus diterima dahulu oleh calon konsumen, sebelum mengenalkan produk anda.Pastinya, setiap konsumen punya karakter berbeda-beda.


2. Bercerita (Storytelling) dan Berikan Pengetahuan


Pengalaman saya, pada saat menjadi sales mesin filter air minum. Saya mulai menerapkan apa yang telah diajarkan oleh manajer saya, storytelling dan berikan calon konsumen pengetahuan baru.

Saya bertanya, air yang dikonsumsi sehari-hari sumbernya dari mana. Kebetulan pada saat itu, konsumen menggunakan air sumur yang dimasak. Lalu saya bertanya lagi, apakah anda yakin air yang sudah dimasak, kualitasnya pasti baik dan sehat? Dia meyakininya iya.

Lantas, saya jelaskan panjang lebar tentang kandungan yang tersimpan di dalam air. Yakni, zat kimia, bakteri dan logam.

Ketika air sumur yang konsumsi oleh calon konsumen tersebut dimasak, maka yang mati hanya bakterinya saja. Sedangkan zat kimia dan unsur logam masih bercampur di dalam air. Apalagi air sumur yang terletak di pemukiman padat penduduk,  limbah industri, limbah rumah tangga yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat mempengaruhi kualitas air.

Apa bahayanya jika logam berat dan zat kimia tersebut masuk ke dalam tubuh? Saya jelaskan dengan detail. Untuk meyakinkannya, saya membawa buku atau referensi hasil penelitian ahli kesehatan dari perguruan tinggi ternama, tentang bahaya zat kimia dan kandungan logam berat pada air jika dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan, air merupakan kebutuhan pokok yang wajib kita minum setiap hari.

Begipula ketika anda hendak menjual madu asli di media sosial. Jangan langsung menawarkan produk anda, tetapi berikan dahulu calon konsumen anda pengetahuan tentang kesehatan. Apalagi di zaman sekarang, sudah banyak sekali makanan yang kita konsumsi, tanpa kita ketahui mengandung zat berbahaya.

Yakinkan calon konsumen anda, sampai dia mengangguk-anggukan kepala. Tanda bahwa dia sudah mengerti mengenai apa yang sudah kita jelaskan.

3. Solusi (Solution)


Setelah menjelaskan panjang lebar mengenai bahaya zat kimia dan logam berat dalam air sampai dia mengerti. Baru kemudian kita berikan SOLUSINYA, supaya air minum milik konsumen sehat dan layak dikonsumsi.

“Tapi, bapak dan ibu tidak perlu khawatir. Saya punya solusinya, supaya air yang bapak dan ibu miliki tetap sehat dan layak konsumsi. Kebetulan kami punya produk, mesin filter air minum. Manfaatnya adalah bla..bla... kelebihannya bla... bla... Jika menggunakan air ini, maka kandungan air minum bapak menjadi bla..bla...”

“Produk kami ini pak, sudah mendapat lisensi dari bla..bla.. (tunjukkan sertifikatnya atau buktinya). Bulan ini, kebetulan kami lagi ada promo. Di luar bulan ini harganya sekian.. (nominal), tapi kalau bapak dan ibu membelinya sekarang bisa dapat diskon sekian (nominal).”

“Harganya memang cukup mahal pak, dibandingkan dengan dispenser panas dan dingin yang bapak gunakan. Tetapi, bandingkan dengan kesehatan bapak dan keluarga bapak. Saya rasa, harga yang kami tawarkan ini tidak ada apa-apanya.”

“Bapak bisa membayangkan bahayanya, jika terus mengkonsumsi air tersebut. Berapa biaya yang harus dikeluarkan jika sampai sakit.”

Jelaskan kelebihan produk anda secara mendetail. Bagaimana cara mengoperasikannya dan manfaatnya jika digunakan. Kalau ada, tunjukkan juga testimoni testimoni positif dari orang-orang yang sudah menggunakan produk anda. Apalagi kalau testimoni tersebut berasal dari tokoh terkenal.

Dengan menggunakan cara tersebut, ternyata hasilnya luar biasa. Produk yang saya tawarkan lebih banyak terjual, dibandingkan ketika saya langsung menawarkan dan menjual tanpa memberikan pengetahuan kepada calon konsumen. Semoga bermanfaat.

Contoh strategi marketing lainya anda bisa baca: Strategi Meningkatkan Omzet Bisnis Hanya dengan 1 Langkah, Terbukti!



Salam

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close