Strategi Meningkatkan Omzet Bisnis Hanya dengan 1 Langkah, Terbukti!

Beberapa waktu lalu saya pergi membeli ayam penyet di sebuah rumah makan di daerah tempat tinggal saya. Alasanya, karena rumah makan tersebut terlihat ramai, maka saya pun penasaran untuk mencoba. Biasanya, rumah makan yang ramai karena menu yang disajikan memiliki cita rasa yang lezat atau harganya yang memang murah.

Saya memesan 2 porsi, untuk dibawa pulang ke rumah. Sembari menunggu, saya berbincang-bincang dengan ownernya. Saya penasaran, meskipun rumah makan tersebut tergolong baru, tetapi pelanggannya sudah ramai. Apa benar, karena masakannya enak dan murah?

Tidak lama menunggu, salah seorang karyawan menyerahkan menu yang saya pesan, ayam penyet. Segera saya pulang dan mencicipi menu tersebut. Ternyata, untuk sekelas harga Rp 12.000 per porsi, rasanya cukup lumayan.

Beberapa hari kemudian, saya kembali lagi memesan 2 porsi. Ya, saya selalu memesan 2 porsi, untuk saya dan istri. Sebab, anak saya masih kecil belum terlalu menyukai masakan yang pedas-pedas. Seperti biasa, saya memesan untuk dibawa pulang. Rumah makan tersebut masih terlihat ramai.

Saya mulai membuka perbincangan dengan ownernya. “Rumah makan bapak selalu ramai. Pasti biaya promosinya besar. Pasang iklan di koran dan radio ya? Tanya saya.

Dia hanya tersenyum. “Tidak juga, saya tidak promosi dimana-dimana. Mungkin ini doa fakir miskin,” ujarnya.

Penasaran, saya terus bertanya. Apa yang dimaksudkan dengan doa fakir miskin. Sedangkan, pemilik rumah makan ini bukan termasuk orang miskin. Dia juga bukan orang tua asuh anak yatim atau piatu. Lalu apa maksudnya?

Kalau sobat KopiCurup.com penasaran, teruskan membaca artikel ini.


Meskipun pesanan 2 porsi saya sudah selesai. Saya tidak segera pulang, asyik berbincang dengan owner rumah makan. Barulah kemudian saya paham, ternyata ini yang dia maksudkan dengan doa fakir miskin.

Apa strateginya? Ternyata, rumah makan tersebut menerapkan pola berbagi kepada sesama, khususnya fakir miskin. Siapa pun dia, jujur atau pun tidak, kalau mengaku sebagai fakir miskin datang ke rumah makan tersebut, boleh makan gratis. Menunya pun tidak dibeda-bedakan. Terserah mau menu apa saja. Boleh makan di tempat atau di bawa pulang. Pola makan gratis untuk fakir miskin ini dia berlakukan setiap hari Jumat. Jumlah fakir miskinnya pun tidak dibatasi, berapa orang pun yang datang tetap dilayani dengan baik.

Apakah tidak rugi? Jawabannya tidak. Pada hari Jumat tersebut, fakir miskin yang datang bisa sekitar 6-10 orang. Kalau Rp 15.000 x 10 orang saja misalnya, artinya uang yang dikeluarkan hanya Rp 150.000.

Karena kebiasaannya memberikan makan gratis kepada fakir miskin tersebut, terserbarlah informasinya dari mulut ke mulut dan berdampak kepada peningkatan jumlah pelanggannya. Mereka yang datang ke rumah makan tersebut, selain ingin menikmati menu masakannya, juga karena ingin berbagi kepada sesama. Iya, karena pelanggan tahu, dari untung yang owner dapatkan, ada yang disisihkan untuk fakir miskin. Artinya, ketika pelanggan membeli menu masakan di rumah makan tersebut, ada manfaatnya.

Kebiasaan memberi makan gratis ini pun sampai ke telinga wartawan. Sehingga, wartawan pun menuliskan kisah baik sang owner tersebut. Hingga terbesarlah informasi, rumah makan yang memiliki kebiasaan memberi makan gratis kepada fakir miskin. Tidak perlu pasang iklan, promosi gratis pun berjalan.

Sobat KopiCurup.com, strategi tersebut tidak hanya berlaku untuk rumah makan saja. Tetapi bisa diterapkan untuk jenis bisnis apa pun. Sobat bisa melibatkan pelanggan secara langsung untuk aktif bersedekah, melalui produk yang kita tawarkan. Misalnya, sobat menjual baju kaos seharga Rp 50.000. Kepada pelanggan kita sebutkan, dengan membeli kaos Rp 50.000, akan disisihkan Rp 5.000 untuk fakir miskin. Atau menjual souvenir seharga Rp 2.000,  disisihkan Rp 100 atau Rp 200 untuk didonasikan kepada fakir miskin, panti asuhan, masjid dan sebagainya. Dengan cara demikian, para pelanggan, selain mendapat produk yang berkualitas, mereka juga akan merasakan manfaat lainnya, yakni bersedekah.

Apalagi kultur bangsa kita yang sangat menjunjung nilai-nilai agama. Meskipun hantaman modernisasi begitu pesat, tetapi jiwa sosial masyarakat masih sangat tinggi. Empati kepada sesama, hingga saat ini belum luntur.


Bagaimana sobat, tertarik untuk mencobanya. Kalau tertarik, lakukan dari sekarang. Prinsipnya, lakukanlah dengan ikhlas, dengan niat berbagi kepada sesama, tanpa mengharap imbalan apapun. Karena, rezeki akan mengikuti dengan sendiri. “Kalau ingin kaya, bersedekahlah.” “Tidak ada orang yang jatuh miskin karena bersedekah.”

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close