Melihat Prosesi Kedurai Agung Dalam Rangka HUT Kota Curup

Prosesi Kedurai Agung dalam rangka pembukaan HUT Kota Curup beberapa tahun lalu.
 
PADA 29 Mei 2018 lalu, baru saja kita memperingati hari jadi Kota Curup ke-138. Peringatan HUT ke-138 Kota Curup tersebut ditandai dengan digelarnya rapat paripurna istimewa yang dilaksanakan di Gedung DPRD Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, Selasa 29 Mei 2018. 

Hanya saja perayaan/ pagelaran budaya dalam rangka memperingati HUT Kota Curup tahun ini harus diundur, karena bertepatan dengan bulan suci ramadhan. Di samping itu, sepertinya tempat pelaksanaannya pun tidak seperti tahun lalu. Jika tahun lalu perayaan HUT Kota Curup dilaksanakan di Lapangan Pandawa, pada tahun ini rencananya akan dipusatkan di Lapangan Dwi Tunggal Curup.

Membagi-bagikan makanan sebagai simbol, apa yang dimakan rajo juga dimakan rakyatnya. 

Setiap perayaan hari jadi Kota Curup, ada prosesi adat yang sangat menarik dan harus dipertahankan, yakni prosesi Kedurai Agung. Jika prosesi tersebut dimaksimalkan akan menjadi daya tarik wisata lokal atau pun dari luar daerah.

Biasanya, setiap Kedurai Agung ini dilaksanakan, ribuan warga Kota Curup, Rejang Lebong akan membanjiri lapangan tempat dilaksanakannya Kedurai Agung tersebut. Kedurai Agung sebagai tanda dimulainya rangkaian perayaan HUT Kota Curup.

Mari kita simak sekilas jalannya prosesi Kedurai Agung


Prosesi Kedurai Agung ini diawali dengan menjemput rajo (Bupati Rejang Lebong) beserta rombongan di kediamannya di Jl Sukowati Curup. Lalu, rombongan rajo bergerak menuju lapangan tempat pelaksanaan Kedurai Agung. Setibanya di lapangan, rajo dan rombongan disambut secara adat oleh Sekkab Rejang Lebong, kemudian duduk di tempat yang sudah disediakan.

Sebelum membuka prosesi Kedurai Agung, rajo dan istri bersama Wabup dan istri terlebih dulu melepas 2 pasang burung merpati. Selanjutnya, rajo memulai prosesi dengan memotong tumpeng raksasa dan dibagikan kepada para pengunjung. 

BACA JUGA: Mengenal Sanksi Adat Masyarakat Rejang

Ribuan warga yang hadir rela berdesak-desakan untuk mendapatkan berbagai macam makanan yang disiapkan. Makanan dan hasil bumi itu merupakan persembahan dari 15 kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong, sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Sebagian warga menganggap Kedurai Agung membawa berkah. Acara tersebut menjadi semarak, karena masyarakat beramai-ramai berebut makanan. Warga yang berebut makanan bukan hanya para orang tua dan remaja. Tapi, anak-anak juga ikut berebut makanan yang disajikan. Membagi-bagikan makanan sebagai simbol, apa yang dimakan rajo juga dimakan rakyatnya. 

Kehadiran warga di acara Kedurai Agung merupakan cerminan semangat untuk mendukung, menjaga, menggali dan mengembangkan nilai-nilai budaya.(*)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close