Pesona Mutiara Biji Hitam dari Rejang Lebong


Penulis: Iman Kurniawan


KOPICURUP,ID - Suatu waktu pada saat menjelang lebaran Idul Fitri, pernahkah kita mendengar dari salah satu atau dua pedagang pasar yang mengeluhkan kondisi sepi pembeli. Apa kata pedagang tersebut? "Maklumlah, hasil kopi tahun iko dikit. Banyak yang gugur." Atau "Hargo kopi murah nian, mano barengan kek anak masuk sekolah."

Iya, kopi dan petani kopi masih menjadi andalan perputaran ekonomi di Kabupaten Rejang Lebong. Jika harga kopi mahal, akan berdampak pula ke sektor lainnya baik sektor perdagangan maupun jasa.

Sayangnya, belum tampak keseriusan dari pemerintah untuk menjadikan biji mutiara hitam (kopi) ini sebagai produk unggulan. Bagaimana mengelola dan memenej agar harga kopi tetap stabil. Membantu para petani agar tidak ketergantungan kepada para tengkulak. Membantu para petani agar tidak tertipu oleh oknum-oknum calo nakal. Harus ada solusi yang konkret dari pemerintah, untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Selter Bermani Coffee

Padahal, di luaran sana, jika kopi benar-benar dikelola maksimal, sehingga menghasilkan mutu biji kopi yang berkualitas, harganya wooww... sangat luar biasa. Tapi mengapa, kita masih mendengar keluhan dari petani "Kami sudah melakukan proses dengan baik, kualitas biji kopi sudah bagus, tapi harganya tetap murah." Di sinilah kembali kepada peran pemerintah, membantu petani agar menemukan pasar yang tepat. Sehingga tidak tertipu oleh oknum calo nakal yang ingin memetik keuntungan besar dari petani. Kan kasihan petani..

Karena harga kopi sangat murah, fakta yang terjadi adalah banyak lahan kopi yang akhirnya dibiarkan terbengkalai begitu saja atau beralih fungsi ke tanaman yang lain. Banyak petani yang akhirnya turun ke kota, mencoba peruntungan sebagai tukang ojek, kenek tukang bangunan dan lainnya.

Kalau mau, pemerintah bisa belajar kepada Bermani Coffee yang berhasil meraih penghargaan kopi terbaik tingkat internasional. Penerima medali gold AVPA Perancis. Bermani Coffee mampu menciptakan pasar sendiri, sehingga bisa menjual biji kopi dan bubuk kopi dengan harga lebih tinggi dari harga kopi pada umumnya. Nah, Bermani Coffee bisa, mengapa petani kopi lainnya tidak bisa?***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close