Mengapa Kami Adakan Kelas Menulis dan Desain Grafis Gratis?



Oleh: Aji Asmuni

KOPICURUP,ID - Setiap orang yang terlahir, secara fitrah diajarkan oleh orangtua kita 3 hal pemikiran dasar. Yaitu, membaca, menulis dan berhitung. Ada pepatah mengatakan ; “Menulis  adalah berfikir. Membaca adalah menemukan pikiran orang lain. Sedangkan berhitung adalah berproses atas hasil”.  

Kenapa membaca lebih dulu daripada menulis ? Sederhananya, tidak mungkin kita bisa menulis jika kita tidak bisa membaca. Pun dalam Kalam Ilahi dijelaskan, surah yang pertama kali diturunkan ke bumi melalui Rasul-Nya adalah Surah Iqra’, yang artinya Bacalah. Maka dari itu, menulis bisa dilakukan setelah kita bisa membaca. 

Pada dasarnya menulis adalah wujud dari apa yang ada di dalam kepala kita lalu ditransformasikan ke bentuk tulisan.  Hasil tulisan juga tergantung dari kita yang mengarahkan. Dalam arti kata, apabila tulisan itu ingin hasilnya baik, maka perbaiki dulu apa yang ada di dalam kepala. Pun kebalikannya. 

Untuk menjadi penulis yang baik, harus diawali dengan menjadi pemikir yang baik dan benar. Menulis pun bukan sekedar menulis. Namun menulislah secara profesional dan proporsional. Paling tidak penulis harus memahami terlebih dahulu pendidikan dasar menulis. 

Akan tetapi, jangan pernah untuk menjadi penulis yang sempurna, karena hal itu tidak akan pernah terwujud. Yang benar itu jadilah penulis yang baik dan benar. 


Peserta nampak serius mengikuti arahan pemateri
Sampai pada titik ini,  semua orang bisa berpikir dengan baik dan benar. Orang yang berpikir dengan baik dan benar, paling tidak ia tahu apa perkara yang dipikirkannya. Ia pun bisa merumuskan premis-premis pikirannya. Ia bisa mengembangkan premis-premis tersebut ke dalam berbagai kemungkinan. Kemudian mengambil hipotesis yang pada akhirnya akan menentukan sebuah kesimpulan. 

Terkait dengan kegiatan Kelas Belajar Menulis & Desain Grafis, GRATISS !!, tadinya saya berfikir begini, "sebenarnya ingin sekali mengadakan kegiatan, tapi kendalanya tidak ada support dana”. Kalimat ini selalu menghantui semangat dan tekad saya dan rekan saya Muhamad Antoni sehingga ini tentunya memunculkan pesimisme. Namun, kalimat tersebut di atas kami coba benturkan dengan kalimat lain. “Ketakutan, risiko akan selalu muncul jika hanya terus menerus dipikirkan tanpa adanya upaya/tindakan nyata”. Ada kalimat pendamping yang menguatkan, “Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang diamalkan”.

Perihal lain yang membuat tekad semakin bulat memantapkan kegiatan ini, juga dilatarbelakangi oleh laju perkembangan masa. Sementara setiap tahun, dunia pendidikan selalu menciptakan generasi yang bisa membaca, menulis dan berhitung. Era Milenial kini, tentunya banyak perubahan yang mewarnai kehidupan masyarakat kini. Khususnya di tataran komunikasi dan informasi. Termasuk juga dalam mengamati perkembangan informasi. Pun informasi kini tak melulu dihasilkan oleh praktisi pers atau media. 

Di sisi lain, masyarakat memiliki hak atas informasi. Baik hak dalam memperoleh informasi maupun hak atas mengelola informasi. Media untuk mengelola dan memperoleh informasi pun semakin beragam. Karena sejatinya kedaulatan pers ada di jurnalisme warga. 


Suasana kelas belajar menulis dan desain grafis gratis.
Sabtu, 7 September 2019, mulai pukul 11.00 - 16.00 WIB. Alhamdulillaah.... sebagai wujud pembuktian, bahwa selagi ada niat dan kemauan, tidak ada yang tidak mungkin. Atas rahmat dan ridho-Nya, pertemuan perdana pun terlaksana di Rumah Pusaka (Umeak Meno'o) Rejang, yang di kelola Sabril dan Sri Astuti yang berada di Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong - Bengkulu. 

Kami memulai kegiatan ini tentunya dengan swadaya. Beralas terpal di bawah kolong rumah pusaka Rejang yang memiliki historis budaya. Setidaknya 18 peserta dari 30 an pendaftar hadir. Turut hadir Arie Saputra (Jurnalis Harian Rakyat Bengkulu) mengisi materi yang juga sebagai perwakilan dari AJI Kota Bengkulu. Ucapan terima kasih juga kepada kawan-kawan di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bengkulu serta rekan-rekan jurnalis lokal semua atas support-nya di kegiatan ini.

Alhasil pun, kegiatan ini syukurnya tetap terus dilanjutkan dan harapannya insyaallaah berkesinambungan. Atas dasar mufakat kawan-kawan, pertemuan selanjutnya akan digelar setiap ba'da Dzuhur.


Aji Asmuni

Jurnalis RedaksiBengkulu, pernah menjadi jurnalis Koran Harian Radar Pat Petulai. Sampai sekarang masih aktif menulis. Selain itu, dia juga sibuk membuat desain logo, serta menerima orderan kaos oblong.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close