Kota Curup Bisa Menjadi Pusat Bisnis dan Industri

Menggagas Kotamadya Curup (Bagian 3)


Oleh: Andriadi Achmad

KOPICURUP,ID - Secara geografis sebuah kota memiliki cakupan wilayah relatif sempit, bahkan biasanya dikelilingi kabupaten-kabupaten sekitarnya. Oleh karena itu, tentu sektor pertanian dan perkebunan tidak menjadi andalan utama bagi sebuah kotamadya, sehingga harus berinovasi dan bertransformasi yaitu salah satunya menjadi pusat bisnis dan perdagangan.

Secara kewilayahan, jika Kotamadya Curup berdiri secara independen. Maka wilayah perbatasannya akan dipersempit yaitu hanya sampai jembatan Tabarenah, selebihnya tetap sebagai Kabupaten Rejang Lebong. Lalu, ke arah PUT (Padang Ulak Tanding) sebatas Danau Emas Harum Bestari-Simpang Bukit Kaba, dimana sebelumnya berbatas langsung dengan kota Lubuk Linggau. Begitu juga ke arah kabupaten Kepahiang yaitu sesuai dengan batas saat ini di Tempel Rejo Curup Selatan.

BACA JUGA: 



Lebih jauh kita membahas bahwa salah satu potensi bisa dikembangkan Kota Curup adalah menjadikan Pasar Bang Mego sebagai pusat grosir dan perdagangan seperti di pasar Aur Kuning-Kota Bukit Tinggi atau Tanah Abangnya kota Curup. Adapun grosir yang akan dijual belikan di Pasar Mego dapat bermacam-macam mulai dari grosir pakaian, sendal dan sepatu, elektronik dan peralatan pertanian, dan lain sebagainya. Dalam posisi sebagai salah satu pusat grosir di wilayah provinsi Bengkulu. Maka tidak menutup kemungkinan, Pasar Bang Mego akan menjadi tempat para pedagang dari wilayah atau kabupaten-kabupaten lain berbelanja untuk stok dan kebutuhan yang akan dijual kembali di kabupatennya masing-masing. 

Sehingga dengan menjadi pusat grosir dan perdagangan, menjadikan Kota Curup akan dikunjungi dari berbagai wilayah, tentu keramaian manusia ini akan menjadi nilai tambah dan menopang sektor ekonomi lainnya seperti warung makan akan tumbuh, jasa transportasi akan bertambah, jasa kuli angkut, penginapan atau hotel-hotel akan hidup dan menghidupkan bagi masyarakat kota Curup.

Selain itu, karena berada di daerah ketinggian dan pegunungan menjadikan hawa sejuk dan dinginnya Kota Curup. Bahkan ditambah keberadaan Bukit Kaba atau gunung berapi yang masih aktif, sehingga menjadikan kota Curup khususnya yang berada wilayah Selupu Rejang terkenal dengan penghasil Palawija terbesar di Provinsi Bengkulu. Adapun hasil tanaman palawija yang ditanam para petani seperti kol, wortel, tomat, cabe, kentang, dan lainnya. Palawija hasil pertanian masyarakat kota Curup dikirim sebagai pemasok utama sampai ke Jambi, Sumsel dan Lampung.

Sebenarnya berbicara industrilisasi, keberlimpahan tomat dan cabe di daerah selupu Rejang ini bahkan bisa dibangun industri pengolahan tomat dan cabe menjadi saus tomat dan saus cabe yang bisa dipasarkan ke wilayah-wilayah lainnya, tentu keberadaan perusahan ini akan lebih menguntungkan para petani dan perusahaan tersebut. Bagi para petani dari hasil pertanian akan menjadi pemasok utama bahan baku cabe dan tomat serta tidak ada kekhawatiran tidak tejual. Sedangkan bagi perusahaan diuntungkan mendapat bahan baku masih segar dan fresh serta berkualitas dengan harga relatif miring dan murah. Disamping itu, keberadaan pabrik pengolahan saus tomat dan cabe ini, sudah barang tentu akan membutuhkan tenaga kerja dan akan membantu meningkatkan penghasilan para petani dan masyarakat sekitarnya.

Melalui pembangun sentra bisnis dan perdagangan di Kota Curup. Tentu nantinya juga akan membutuhkan tenaga kerja relatif banyak dan tumbuhnya para pegiat bisnis atau pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang akan menopang pertumbuhan ekonomi kota Curup secara umum. 

Oleh karena itu, dampak positif  Kotamadya Curup dengan menjadi pusat bisnis dan perdagangan, disamping akan meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan tentu akan menciptakan lapangan kerja baru serta meningkat penghasilan para pegiat UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Pada akhirnya, kondisi ini akan membawa dampak positif tumbuhnya ekonomi, meningkatnya kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat kota Curup secara khusus dan provinsi Bengkulu secara umum.

Bersambung...ke MENGGAGAS KOTA CURUP: Potensi Pariwisata & Pusat Kuliner (Bagian 4)

Jakarta, 25/09/2019

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close