Kabupaten Lebong Emas (Bagian 3): Lumbung Padi "Twoa" Simbol Kemakmuran Rakyat

Oleh: Andriadi Achmad

KOPICURUP,ID - Hamparan persawahan terbentang di sebahagian besar kawasan kabupaten Lebong. Sejak dulu kala, fenomena ini menunjukkan bahwa kabupaten Lebong adalah wilayah pertanian dengan komoditas padi super. Karena itu, sebagai penghasil komoditas pertanian padi terbesar di provinsi Bengkulu. kabupaten Lebong diharapkan terus menerus swasembada beras. Sehingga bisa memasok beras ke wilayah-wilayah lain secara khusus di provinsi Bengkulu.

Secara turun temurun tradisi dari nenek moyang, bercocok tanam padi di kabupaten Lebong hanya sekali setahun, pernah dicoba untuk bertanam padi dua kali dalam setahun, konon mitosnya pada turun bertanam kedua selalu mengalami kegagalan yaitu diserang hama wereng atau hama tikus dan penyebab lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini tradisi bertani di kabupaten Lebong hanya menanam padi sekali dalam setahun.

Setiap musim panen tiba, padi yang dihasilkan para petani biasanya dimasukan kedalam lumbung padi lebih dikenal dalam bahasa Rejang "Twoa". Lumbung padi "Twoa" ini berbentuk panggung seperti sebuah pondok dengan bahan kayu berdindingkan bambu. Secara umum lumbung padi "Twoa" ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil hanya berukuran sekitar 4 x 4 m atau 5 x 5 m. Hampir setiap rumah di kabupaten Lebong memiliki lumbung padi "Twoa" ini.

BACA JUGA: 



Konon sejak masa lampau, lumbung padi "Twoa" ini sebagai salah satu bukti yang menunjukkan tingkat kemakmuran petani di kabupaten Lebong. Hasil panen padi dimasukan ke dalam lumbung "Twoa" tidak akan habis sampai panen berikutnya. Selain dikonsumsi sendiri, padi telah ditumbuk menjadi beras biasanya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mulai dari kebutuhan primer seperti untuk belanja sehari-hari, biaya sekolah anak maupun memenuhi kebutuhan sekunder seperti membeli baju atau property lainnya. Tak jarang para petani menjual padi atau beras, kemudian ditukar dengan emas untuk disimpan atau sebagai perhiasan.

Lumbung padi "Twoa" sebagai simbol kejayaan petani atau kesejahteraan petani di kabupeten Lebong semestinya harapab kita pada era modern ini lebih diperhatikan pemerintah daerah, misalnya ketika musim panen berlimpah agar harga tidak anjlok dimana peran pemerintah daerah melalui Bulog (Badan Urusan Logistik) bisa menetralkan harga, sehingga para petani bisa menikmati harga normal di saat panen tiba dan berlimpah.

Secara kualitas komoditas padi atau beras dari kabupaten Lebong merupakan komoditas unggulan. Konon cerita, dimana butiran beras yang berwarna sangat putih, padat dan berisi. Sehingga ketika dimasak akan mengembang dan harum mewangi yang pasti menambahkan gairah makan, apalagi ditambah lauk pauk makanan khas Rejang yaitu ikan emas tempoyak atau lemea pedas.

Bagi para perantau baik masih di dalam provinsi Bengkulu maupun diluar provinsi Bengkulu. Salah satu oleh-oleh yang akan dibawa adalah beras kabupaten Lebong baik dalam jumlah sedikit maupun banyak. Bahkan ada juga sebagian perantau menyiapkan stok beras dari kampung halaman untuk dikonsumsi setengah atau setahun sampai panen berikutnya.

Peran pemerintah daerah kabupaten Lebong dalam rangka program mensejahterakan masyarakat Lebong adalah dengan membantu memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada para petani agar bisa bertani secara modern dan lebih baik, sehingga akan mendapatkan hasil panen yang lebih banyak, bahkan sekali tanam dapat panen utama dan diikuti panen kedua dikenal dengan panen "Batet" yaitu sisa panen pertama yang kemudian akan tumbuh kembali menjadi padi yang siap dipanen kedua kalinya, walaupun hasilnya sedikit.

Kita berharap seiring kemajuan zaman dan bertambahnya manusia di kabupaten Lebong, kebutuhan lahan untuk pembangunan perumahan ataupun pertokoan dan lainnya agar tidak menggantikan lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau bangunan lainnya. Karena simbol kemakmuran dan kejayaan kabupaten Lebong tergantung seberapa besar komoditas pertanian padi dihasilkan. Oleh karena itu, mari kita jaga dan lestarikan bersama...!

Bersambung...

Jakarta, 30 September 2019

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close